Framework & Metodologi Alternatif Oracle Architecture Development Process (OADP)

Framework & Metodologi Alternatif Oracle Architecture Development Process (OADP)

Bunyana Bunyana1,

1Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Email: bnyn02@gmail.com1


ABSTRAK

Saat ini teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI) telah menjadi faktor yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dalam meningkatkan efektivitas dan juga efisiensi dari proses bisnis utama yang dijalankan, serta menjadi akuntabilitas sebuah perusahaan dalam persaingan yang ketat di era informasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan persaingan antar organisasi menjadi semakin kompetitif. Manajemen organisasi dituntut untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan akurat untuk membantu aktivitas bisnis dalam mencapai tujuan organisasi dan memberikan layanan kepada pemangku kepentingan, terutama terkait dengan data, informasi, teknologi, dan aplikasi. Salah satu paradigma yang digunakan dalam perencanaan arsitektur enterprise adalah ORACLE Architechture Development Process (OADP). OADP adalah metode atau kerangka acuan untuk membangun arsitektur informasi yang berorientasi pada kebutuhan bisnis. Ini terdiri dari arsitektur data, aplikasi, teknologi dan rencana implementasi dari arsitektur yang telah dibuat untuk mendukung aktivitas bisnis dalam mencapai misi organisasi. OADP menggambarkan arsitektur data, aplikasi, dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung bisnis organisasi. Tahapan dalam metodologi OADP terdiri dari enam komponen utama yang berlangsung secara iteratif yaitu business context, architecture vision, current state, future state, road map, dan governance.

Kata kunci: OADP, ORACLE Architechture Development Process, Arsitektur Enterprise.

 

PENDAHULUAN

Pengembangan arsitektur enteprise memerlukan beberapa tahapan yang harus diikuti agar dapat mendefinisikan komponen yang diperlukan dapat dalam penyusunan arsitektur enterprise dapat dicapai sebagaimana mestinya.

Dalam pengembangan arsitektur enterprise penggunaan framework untuk menentukan target keluaran atau artefak yang harus dihasilkan sebagai dokumen arsitektur enterprise agar dokumen yang dihasilkan memiliki makna untuk siapa dokumen tersebut bisa digunakan. Oleh karena itu, framework sangat berperan dalam pengorganisasian berbagai dokumen hasil pengembangan sistem informasi dalam skala enterprise, sebagai alat kontrol untuk mengarahkan sistem-sistem

informasi yang terdokumentasi dengan baik. Framework bermanfaat untuk memudahkan proses pemeliharaan arsitektur enterprise.

Secara konsep bagaimana berbagai jenis artefak dihasilkan dan dikelompokkan berdasarkan keterkaitan satu sama lain. Framework pada intinya mengatur pengelompokkan produk-produk hasil penyusunan arsitektur enterprise (dokumen, laporan, grafik, diagram, dll) berdasarkan pada kategori tertentu dan mengatur hubungan antar kelompok tersebut.

Dalam pembahasan framework fokus pada pembahasan artefak arsitektur enterprise, sedangkan dalam metodologi fokus pada tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan semua artefak arsitektur dalam suatu framework. Dengan demikian dalam pengembangan arsitektur enterprise framework dan metodologi merupakan dua hal yang digunakan secara bersamaan.

Framework dan metodologi ada beberapa jenis yang bisa diterapkan, bisa diterapkan tergantung pada pengembagan arsitektur enterprise yang diinginkan (spewak, 1992).

Pada prinsipnya untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise dalam suatu organisasi dibagi menjadi tiga tahapan seperti pada Gambar 1.

• Inisialisasi

Tahap inisiasi untuk melakukan berbagai persiapan seperti menentukan tim pengembang, menentukan visi dan misi, mengalokasikan dana dan waktu, serta yang penting juga adalah mendapatkan komitmen dari pimpinan puncak organisasi untuk mengembangkan sampai dengan mengimplementasikan sistem informasi enterprise secara terencana.

• Pembuatan Roadmap

Mengembangkan berbagai arsitektur enterprise terutama menganalisis arsitektur bisnis dari objek organisasinya, dilanjutkan dengan pembuatan arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi.

• Eksekusi Rencana

Pemilihan metodologi mana yang tepat untuk mengembangkan sistem informasi enterprise secara bertahap berdasarkan skala prioritas tertentu dari keseluruhan sistem informasi yang telah teridentifikasi sampai menjadi aplikasi yang siap untuk diimplementasikan.


Gambar 1. Siklus hidup arsitektur enterprise

Ketiga tahapan dasar pengembangan arsitektur enterprise tersebut dikembangkan dengan pendekatan yang berbeda sehingga menghasikan berbagai metodologi yang berbeda dan menghasilkan dokumen-dokumen yang berbeda pula, karena setiap metodologi pengembangan arsitektur enterprise memiliki keunikan tersendiri untuk digunakan pada objek enterprise yang sesuai (surendro, 2009).

Pemilihan metodologi pengembangan arsitektur enterprise mana yang layak digunakan, hal ini sangat tergantung pada target dari arsitektur enterprise yang diinginkan, di mana arsitektur enterprise bisa dibuat yang bersifat konseptual, atau bersifat implementatif.

 

STUDI PUSTAKA

Enterprise Architecture

Enterprise architecture merupakan salah satu disiplin dalam teknologi informasi, memiliki definisi sebagai berikut :

  • Enterprise architecture merupakan deskripsi misi para stakeholder yang mencakup parameter informasi, fungsionalitas, lokasi, organisasi, dan kinerja. Arsitektur enterprise menjelaskan rencana untuk membangun sistem atau sekumpulan sistem (Osvalds, 2001).
  • Enterprise architecture merupakan Pendekatan logis, koprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan sistem dan komponen sistem yang bersama (Parizeau, 2002).
  • Enterprise architecture merupakan Basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengimplementasikan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebututhan mis (Chief Information Officer Council, 2001).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise merupakan cara untuk menggambarkan model operasional enterprise yang mencakup aspek perencanaan bisnis, operasional bisnis, otomasi, hingga infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Arsitektur enterprise memiliki empat komponen/domain utama yaitu : arsitektur bisnis, arsitektur informasi, arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi.

Keuntungan Arsitektur Enterprise

Terdapat beberapa keuntungan dari arsitektur enterprise, diantaranya (Esmaeil, 2012):

  • Dapat menangkap fakta tentang misi, fungsi, dan landasan bisnis dalam bentuk yang dipahami untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan.
  • Dapat memperbaiki komunikasi di antara organisasi Teknologi Informasi dan bisnis dalam perusahaan menggunakan kosakata standar.
  • Fokus pada penggunaan strategi dari teknologi untuk pengelolaan informasi perusahaan yang baik dan meningkatkan konsistensi, akurasi, tepat waktu, integritas, kualitas, ketersediaan dan berbagi informasi pengelolaan Teknologi Informasi.
  • Mencapai skala ekonomi dengan menyediakan mekanisme berbagi layanan di seluruh bagian perusahaan
  • Mempercepat integrasi sistem yang eksis, migrasi, dan yang baru.
  • Memastikan pemenuhan hukum dan regulasi.

Sistem Informasi

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu, sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi yang menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Jogiyanto, 2005). Mendefinisikan sistem secara umum sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai satu kesatuan. (Mulyanto, 2009). Sistem informasi selalu menggambarkan, merancang, mengimplementasikan dengan menggunakan proses perkembangan sistematis dan merancang sistem informasi berdasarkan analisa kebutuhan (Syachbana, 2011).

Suatu sistem mempunyai beberapa karakteristik, yaitu komponen atau elemen (component), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), pengolah (process), keluaran (output), sasaran (objective), atau tujuan (goal). Dengan demikian pengertian sistem dapat disimpulkan sebagai suatu prosedur atau elemen yang saling berhubungan satu sama lain dimana dalam sebuah sistem terdapat suatu masukan, proses dan keluaran, untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Mulyanto, Sistem Informasi Konsep & Bisnis, 2009).

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat perusahaan sektor ekonomi baik industri maupun jasa bersaing dalam kecanggihan sistem yang dimiliki, terlebih dalam peningkatan kinerja perusahaan. Kecanggihan sistem yang digunakan dalam pengolahan data serta informasi menjadi salah satu faktor penunjang aman dan akuratnya informasi yang ada. Proses kinerja pada perusahaan sektor ekonomi saat ini telah banyak yang diambil alih oleh sistem, banyaknya sistem terbaru yang digunakan perusahaan saling terhubung, baik menggunakan jaringan kabel maupun nirkabel, saling mendukung untuk meringankan tugas kinerja manusia, kecepatan pengaksesan data dari tiap sistem dan keakuratan data yang lebih terjamin.

Sistem Informasi sangatlah penting dalam proses kinerja dari suatu perusahaan, pengolahan berbagai data yang didapat menjadi suatu informasi yang dapat dimengerti dengan mudah. Data atau yang sering disebut sebagai data mentah diproses hingga menjadi suatu informasi itulah hal penting yang dilakukan oleh suatu sistem informasi.


Gambar 2. Transfomasi Data menjadi Informasi

Dalam pengumpulan data / sumber data terbagi menjadi 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data primer contohnya adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel,atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya. (Hendryadi, 2013).

Stairs (Fallah, 1992) menjelaskan bahwa suatu Sistem informasi berbasis komputer (CBIS) memiliki 6 buah komponen pembentuk dalam suatu organisasi untuk mendapatkan informasi dari sebuah data, komponen – komponen tersebut ialah (Rizani, 2015):

  •  Perangkat Keras, yaitu perangkat keras atau komponen untuk melengkapi kegiatan memasukkan data, memproses data dan keluaran data.
  • Perangkat Lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke komputer.
  • Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi.
  • Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dengan sistem komputer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang efektif.
  • Manusia, yaitu personel dari sistem informasi, meliputi manajer, analis, programmer, dan operator, serta bertanggung jawab terhadap perawatan sistem.
  • Prosedur, yakni tata cara yang meliputi strategi, kebijakan, metode, dan peraturan-peraturan dalam menggunakan sistem informasi berbasis komputer.


Gambar 3. Komponen Sistem Informasi

Sementara Burch dan Grudnitski (1986) berpendapat bahwa istilah komponen sistem informasi menggunakan istilah blok bangunan, yaitu (Rizani, 2015) :


Gambar 4. Building Block Information
  1. Blok Masukan. Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input di sini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan yang dapat berupa dokumendokumen dasar.
  2. Blok Model. Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpandi basis data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
  3. Blok Keluaran. Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen serta semua pemakai sistem.
  4. Blok Teknologi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan sekaligus mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
  5. Blok Database. Database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
  6. Blok Kendali. Pengendalian perlu dirancang dan ditetapkan untuk menyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi. 

Enterprise Resource Planning (ERP)

Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 272) adalah sistem perusahaan yang meliputi semua fungsi yang terdapat di dalam perusahaan yang didorong oleh beberapa modul software yang terintegrasi untuk mendukung proses bisnis internal perusahaan. Sebagai contoh, software ERP untuk perusahaan manufaktur umumnya dimulai dari memproses data yang masuk, melacak status dari penjualan, inventory, pengiriman barang, dan penagihan barang, serta memperkirakan bahan baku dan kebutuhan sumber daya manusia, sehingga menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 272) terdapat 5 komponen utama dari sistem ERP. Berikut adalah gambar dari 5 komponen tersebut :


Gambar 5. Komponen Utama dari Sistem ERP

Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 272)

Enterprise Resource Planning (ERP) menurut James A. Hall (2011: 31) adalah suatu model sistem informasi yang memungkinkan organisasi untuk mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis utamanya.

Enterprise Resource Planning menurut Turban, Rainer, dan Potter (2007: 10) dirancang dan didesain untuk menyelesaikan masalah dalam area fungsional sistem informasi dengan mengintegrasikan area fungsional melalui database.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan Enterprise Resource Planning adalah konsep sistem informasi yang mengintegrasikan setiap modul, sehingga dapat mendukung proses bisnis utama perusahaan.

Sejarah Perkembangan Enterprise Resource Planning (ERP)

Sejarah perkembangan Enterprise Resource Planning menurut Leon (2008: 18-20) dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

  • Material Requirement Planning (MRP) : Material Requirement Planning (MRP) merupakan hasil pengolahan atau pemrosesan dari Bill of Material (BOM) yang dimulai pada tahun 1960- an dan mulai terkenal pada tahun 1970-an. Saat itu, orang yang bekerja pada manufaktur dan perencanaan produksi sedang mencari metode yang lebih baik dan lebih efisien untuk memesan bahan baku dan menemukan MRP sebagai solusi sempurna untuk kebutuhan manufaktur dan perencanaan produksi karena mampu memecahkan masalah-masalah utama yang ada.
  • Closed-loop MRP : Sistem MRP berubah menjadi sesuatu sistem yang lebih baik dari hanya sekadar cara untuk memesan. Sistem MRP dapat mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan dan dapat mendeteksi serta memberikan peringatan ketika suatu barang untuk mendukung perencanaan penjualan dan produksi, pengembangan jadwal produksi, peramalan, perencanaan kapasitas, dan pemrosesan pemesanan. Pengembangan tersebut menghasilkan closed-loop MRP, dimana sistem tidak hanya sekadar untuk perencanaan kebutuhan material, tetapi juga dapat untuk mengotomatisasi proses produksi.
  • Manufacturing Resource Planning II (MRP II) : Tahap ketiga perkembangan dari ERP disebut dengan MRP II yang merupakan metode untuk perencanaan yang efektif dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur. MRP II terbentuk dari kumpulan berbagai fungsi yang saling terhubung, fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan bisnis, perencanaan operasional dan penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas, serta pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan material. Hasil dari sistem tersebut akan terintegrasi dengan laporan keuangan seperti perencanaan bisnis, laporan pembelian, biaya pengiriman, proyeksi inventory, dan sebagainya.
  • Enterprise Resource Planning (ERP) : ERP merupakan tahap terakhir dari perkembangan ERP, dimana konsep dasar ERP sama dengan konsep MRP II. Perusahaan software menciptakan ERP dengan sekumpulan proses bisnis yang luas dalam hal ruang lingkup dan memiliki kemampuan untuk menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta integrasi yang baik dan kuat dengan fungsi finansial dan akuntansi. ERP juga mampu mengintegrasikan tools lain seperti CRM (Customer Relationship Management), SCM (Supply Chain Management), dan sebagainya. Selain itu, ERP juga dapat mendukung proses bisnis yang melibatkan pihak luar perusahaan.

Manfaat dan Tantangan ERP

1. Manfaat ERP

Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273), sistem ERP memberikan nilai bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Nilai bisnis tersebut yaitu :

  • Kualitas dan efisiensi : ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang memberikan peningkatan secara signifikan bagi perusahaan. Contohnya, dalam segi kualitas dan efisiensi dari pelayanan pelanggan, produksi, dan distribusi.
  • Mengurangi biaya : Banyak perusahaan yang melaporkan bahwa adanya penurunan yang signifikan dalam transaksi pengolahan biaya, hardware, software, dan staf IT support.
  • Pengambilan keputusan : Sistem ERP dapat dengan cepat memberikan laporan / informasi penting dalam kinerja bisnis kepada manajer, sehingga dapat meningkatkan kemampuan manajer dalam membuat keputusan yang baik dan tepat di dalam perusahaan.
  • Enterprise agility : Memberikan fleksibilitas pada struktur organisasi, tanggung jawab manajerial, dan peran kerja, sehingga perusahaan dapat lebih mudah dalam memanfaatkan peluang bisnis yang baru.

2. Tantangan ERP

Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273-274), tantangan dalam mengimplementasikan sistem ERP adalah diperlukannya banyak biaya dan risiko kegagalan dalam mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru sangat besar. Untuk mengimplementasikan sistem ERP, diperlukan biaya yang tidak sedikit karena adanya ukuran dan jenis biaya yang dikeluarkan dalam mengimplementasikan sistem ERP ke dalam perusahaan. Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 274) terdapat ukuran dan jenis biaya yang harus dikeluarkan dalam mengimplementasikan sistem ERP.

 


Gambar 6. Jenis Biaya dalam Implementasi Sistem ERP Baru

Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 274)

 

Dari gambar 6 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 5 jenis biaya yang harus diperhatikan oleh perusahaan apabila ingin mengimplementasikan sistem ERP. Biaya terbesar dalam proses implementasi ERP terdapat pada biaya reengineering sebesar 43%, kemudian terdapat biaya untuk konversi data, pelatihan dan manajemen perubahan, serta biaya software sebesar 15%. Sisanya merupakan biaya hardware sebesar 12%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan proses bisnis menjadi biaya terbesar dalam proses implementasi ERP dan harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan.

Risiko kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP juga menjadi tantangan dalam pengimplementasian sistem ERP ke dalam perusahaan karena hampir setiap kasus dari kegagalan pengimplementasian sistem disebabkan oleh para manajer dan profesional TI dari perusahaan-perusahaan yang meremehkan kompleksitas perencanaan, pengembangan, dan pelatihan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan sistem ERP baru.

Executive Information System (EIS)

Menurut Kadir (2003, p120), Sistem Informasi Eksekutif merupakan sistem informasi yang menyediakan fasilitas yang fleksibel bagi manajer dan eksekutif untuk mengakses informasi eksternal dan internal yang mengidentifikasi masalah atau mengenali peluang. Dalam website wikipedia, Executive Information System (EIS) adalah sebuah sistem berbasis komputer yang bertujuan memfasilitasi dan mendukung informasi dan pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh eksekutif senior dengan cara menyediakan akses yang mudah kepada informasi, baik internal maupun eksternal yang bertujuan menemukan tujuan strategis dari sebuah orgainisasi. EIS sering dianggap sebagai bentuk yang spesifik dari Decision Support System (DSS).

Penekanan utama dari EIS adalah pada tampilan pengguna yang menampilkan grafik dan mudah digunakan. EIS menawarkan pelaporan yang kuat dan kemampuan drill-down. Secara umum, EIS adalah DSS untuk keseluruhan perusahaan yang membantu eksekutif kelas atas untuk menganalisis, membandingkan dan memperhatikan sebuah trend pada variabel yang penting. Sehingga mereka bisa memantau kinerja dan mengidentifikasi kesempatan dan masalah. EIS tidak dapat dipisahkan dengan teknologi data warehousing.

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah EIS jarang digunakan. Istilah yang paling sering digunakan untuk mendeskripsikan domain area ini adalah Business Intelligence.

Sejarah EIS

Secara tradisional, EIS adalah sebuah program berbasis komputer yang didesain untuk mainframe. Tujuan utamanya adalah menyatukan data – data perusahaan dan menyajikan kinerja penjualan atau riset pasar secara statistik untuk pengambil keputusan, seperti direktur keuangan, direktur pemasaran dan direktur utama, yang kurang mengenal komputer. Tujuannya adalah untuk mengembangkan aplikasi komputer yang akan menyoroti informasi yang dapat memenuhi kebutuhan eksekutif senior. Biasanya, suatu EIS hanya akan menyediakan data yang dibutuhkan bagi level eksekutif untuk mengambil keputusan, dibandingkan untuk kesuluruhan perusahaan

Pada masa kini, aplikasi EIS tidak hanya digunakan pada komputer corporate. Tetapi juga diinstall pada personal computer (PC) atau workstation lain dalam suatu jaringan Local Area Network (LAN). EIS menggabungkan hardware komputer dengan informasi yang terpadu kedalam mainframe, PC dan mikrokomputer. Dengan perusahaan penyedia jasa masa kini mengadaptasi enterprise information system yang terbaru, maka karyawan bisa menggunakan PC mereka untuk mendapat akses ke data perusahaan dan memutuskan data mana yang relevan untuk pengambilan keputusan mereka. Susunan ini membuat semua pengguna mampu mengkostumasi akses mereka kedalam data perusahaan yang tepat dan menyediakan informasi yang relevan untuk level mana pun di dalam perusahaan

Komponen EIS

Secara garis besar, komponen EIS dapat diklasifikasikan dalam kategori : Hardware, Software, Interface dan Telekomunikasi.

a) Hardware

Ketika kita menyinggung masalah hardware dalam lingkungan EIS, kita harus memfokuskan pada hardware yang memenuhi kebutuhan para eksekutif. Mereka harus menjadi prioritas utama, dan kebutuhan mereka harus didefinisikan sebelum pemilihan hardware. Hardware dasar yang dibutuhkan dalam EIS ada empat komponen, yaitu :

  • Input data-entry devices : Alat ini digunakan untuk memasukkan, melakukan verifikasi dan memperbaharui data secara segera.
  • The central processing unit (CPU) : Yaitu sebagai inti dari segalanya, karena CPU ini yang akan mengendalikan komponen lain dalam sistem.
  • Data storage files : Para eksekutif bisa menggunakan komponen ini untuk menyimpan informasi bisnis yang berguna. Dan komponen ini juga membantu para eksekutif untuk mencari data historis mengenai informasi bisnis dengan mudah.
  • Output devices : Yaitu komponen yang menyediakan tampilan visual atau dokumen tercetak bagi para eksekutif untuk disimpan atau dibaca. Komponen ini biasanya adalah printer atau visual output device lainnya. Sebagai tambahan, dengan berkembangnya teknologi LAN, kini tersedia produk EIS untuk workstation yang terhubung satu sama lain. Sistem ini membutuhkan sedikit support dan hardware yang tidak begitu mahal. Sistem ini juga meningkatkan akses informasi EIS kepada banyak pengguna dalam satu perusahaan

b) Software

Untuk merancang suatu EIS yang efektif, kita harus memilih software yang tepat. Dengan demikian, software sebagai suatu komponen dan bagaimana cara mengintegrasikan data kedalam suatu sistem, sangatlah penting untuk diketahui. Secara mendasar, software yang dibutuhkan dalam suatu EIS ada empat komponen, yaitu :

  • Text Base Software : Software berbentuk teks yang paling umum, dan biasanya berbentuk dokumen pemrosesan kata.
  • Database : Database yang baik adalah database yang mudah untuk diakses oleh para eksekutif, baik data internal maupun eksternal.
  • Graphics Base : Grafik bisa memproses teks dan data statistik menjadi informasi visual bagi para eksekutif. Tipe grafik yang sering digunakan adalah : time series charts, scatter diagrams, maps, motion graphics, sequence charts, dan comparison-oriented graphic
  • Model Base : Yaitu model EIS yang memuat data statistik, keuangan dan analisis kuantitatif lain yang dikeluarkan secara rutin.

c) Interface

Struktur EIS dapat menyediakan beberapa interface, seperti laporan periodik, tanya jawab, menu-driven, command language, natural language, dan input/output. EIS interface yang baik haruslah sesuai dengan kebutuhan dan cara pengambil keputusan dalam mengambil keputusan. Apabila pengguna eksekutif tidak merasa nyaman dalam cara penyajiannya, maka EIS tidak akan dapat dipergunakan secara maksimal. Interface yang baik untuk suatu EIS haruslah sederhana dan fleksibel, serta memiliki performa yang konsisten yang dapat merefleksikan dunia para eksekutif dan memuat informasi yang dapat membantu dan menampilkan error message.

Sejak metode desentralisasi menjadi tren pada perusahaan – perusahaan besar dewasa ini, telekomunikasi memiliki peranan penting dalam mempersatukan Sistem Informasi. Proses pengiriman data dari satu tempat ke tempat lainnya telah menjadi suatu proses yang penting dalam membangun sebuah jaringan yang bagus. Sebagai tambahan, kombinasi telekomunikasi dengan EIS dapat mempercepat akses yang dibutuhkan untuk mendistribusikan data – data yang penting.

Aplikasi EIS

EIS membantu para eksekutif dalam menemukan data sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan menambah nilai dari Informasi itu sendiri. Tidak seperti Sistem Informasi Manajemen tradisional, EIS dapat membedakan antara data yang penting dan data yang jarang digunakan., dan melacak aktivitas penting yang berbeda untuk para eksekutif, dimana keduanya sangat membantu dalam proses evaluasi untuk menemukan tujuan perusahaan. Setelah mengetahui keuntungannya, kini banyak orang yang mulai menerapkan EIS dibanyak bidang, terutama pada Manufakturing, Pemasaran dan Keuangan.

a) Manufacturing

Pada dasarnya, manufacturing adalah proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual, atau proses penengah yang melibatkan proses produksi atau penyelesaian akhir dari barang setengah jadi. Pengendalian operasional Manufacturing berfokus pada operasional harian, dan perhatian utama dari proses ini adalah efektifitas dan efisiensi. Untuk mengendalikan proses manufacturing dengan baik, para ekseskutif harus melakukan perubahan dalam proses pengambilan keputusan. EIS dapat menyediakan evaluasi vendor dan pembeli, evaluasi material yang telah dibeli, dan analisis pembelian. Oleh karena itu, para eksekutif dapat melihat dan mereview operasi pembelian secara efektif dengan EIS. Sebagai tambahan, karena perencanaan produksi dan pengendalian tergantung dari banyaknya data base dan bagaimana cara mengkomunikasikannya dengan semua pusat manufactur, EIS juga menyediakan suatu pendekatan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian produksi.

b) Pemasaran

Dalam sebuah organisasi, peranan para Marketing Executive adalah untuk menciptakan masa depan. Tugas utama mereka adalah mengatur sumber daya pemasaran yang tersedia untuk membuat masa depan yang lebih efektif. Untuk ini, mereka harus membuat suatu pertimbangan mengenai risiko dan ketidakpastian dari sebuah proyek dan akibatnya untuk perusahaan dalam jangka panjang dan jangka pendek. Untuk membantu Marketing Executive dalam membuat keputusan marketing yang efektif, sebuah EIS dapat diterapkan. EIS menyediakan pendekatan untuk memperkirakan penjualan, dengan cara membandingkan perkiraan penjualan dengan penjualan sebelumnya. EIS juga menawarkan suatu pendekatan untuk penentuan harga, yang ditemukan dalam analisis. Marketing Executive dapat mengevaluasi teknik penetapan harga, agar harga barang dapat disesuaikan dengan kualitasnya. Secara singkat, paket software EIS memungkinkan Marketing Executive untuk memanipulasi data dengan cara membaca tren, melakukan audit data penjualan dan mengkalkulasi total, rata-rata, perubahan, perbedaan dan perbandingan data tersebut. Semua fungsi analisis penjualan tadi membantu Marketing Executive untuk memebuat keputusan akhir.

c) Keuangan

Melakukan analisis keuangan adalah salah satu langkah terpenting yang harus dilakukan semua perusahaan. Para eksekutif memerlukan rasio keuangan dan analisis arus kas untuk memperkirakan tren dan membuat keputusan investasi modal. Sebuah EIS dapat mengintegrasikan perencanaan atau penganggaran, sehingga EIS dapat membantu para Financial Executive. Pada dasarnya, EIS berfokus pada akuntabilitas dari kinerja keuangan dan akan mengenali pentingnya standarisasi biaya dan penganggaran yang fleksibel dalam rangka mengembangkan kualitas dari informasi yang disediakan untuk semua level eksekutif. EIS memungkinkan para eksekutif untuk lebih memfokuskan ke rencana jangka panjang, yang berarti bahwa para eksekutif tersebut tidak hanya bisa mengatur keuangan pada tahun berjalan, tetapi juga dapat memperkirakan arus kas dalam beberapa tahun kedepan sehingga dapat digunakan untuk pengembangan usaha pada tahun – tahun berikutnya. Selain itu juga, kombinasi antara EIS dan EDI akan membantu manajer keuangan untuk mereview struktur keuangan perusahaan, sehingga metode pembiayaan yang terbaik untuk proyeksi modal yang telah disetujui dapat disimpulkan. Sebagai tambahan, EIS adalah sebuah alat yang baik untuk membantu para eksekutif untuk meninjau rasio keuangan, tren keuangan dan mengenalisa performa perusahaan dan para pesaing.

Kelebihan dan Kekurangan EIS

Kelebihan

  • Memudahkan eksekutif kelas atas untuk mengakses Informasi
  • Menyediakan kesimpulan Informasi mengenai perusahaan secara real time
  • Informasi yang disediakan lebih mudah untuk dimengerti
  • Menyaring data untuk manajemen
  • Memudahkan pencarian Informasi
  • Menawarkan efisiensi untuk pengambil keputusan

Kekurangan

  • Memiliki fungsi yang terbatas, sehingga tidak bisa melakukan perhitungan yang rumit
  • Sulit untuk mengkuantifisir keuntungan dan memberi penilaian dari Implementasi EIS
  • Para eksekutif bisa saja menemukan Informasi yang berlebih
  • Sistem bisa menjadi lamban, karena datanya terlalu besar sehingga sulit diatur
  • Sulit untuk menjaga data sekarang
  • Bisa mengakibatkan data menjadi kurang handal dan tidak aman
  • Untuk perusahaan kecil, mungkin akan merasakan bahwa biaya Implementasi EIS adalah mahal

Tren EIS di Masa Depan

Masa depan dari EIS, tidak hanya dibatasi oleh sistem komputer mainframe. Tren ini membuat para eksekutif tidak perlu lagi mempelajari sistem operasional komputer yang berbeda, sehingga akan menurunkan biaya implementasi dari perusahaan, dikarenakan apabila ingin menggunakan aplikasi software yang sudah tersedia, maka para eksekutif harus mempelajari bahasa khusus EIS. EIS dimasa depan tidak hanya menyediakan informasi untuk eksekuif kelas atas, tapi juga untuk eksekutif kelas menengah. EIS dimasa depan akan dipilah berdasarkan aplikasi dan teknologi yang ada didalam sistem, seperti intelijensia semu, karakteristik multimedia terpadu dan untuk EIS.

Executive Information System (EIS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang memungkinkan pihak eksekutif untuk mengakses data dan informasi, sehingga dapat dilakukan pengidentifikasian masalah, pengeksplorasian solusi, dan menjadi dasar dalam proses perencanaan yang sifatnya strategis.

EIS mengintegrasikan data yang berasal dari sumber data internal maupun eksternal, kemudian melakukan transformasi data ke dalam bentuk rangkuman laporan yang berguna. Laporan ini biasanya digunakan oleh manajer dan level eksekutif untuk mengakses secara cepat laporan yang berasal dari seluruh perusahaan dan departemen, sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang berguna bagi pihak eksekutif. Laporan ini digunakan untuk menemukan alternatif solusi permasalahan manajerial dan membuat perencanaan keputusan untuk perusahaan.

Karakteristik Teknologi Informasi untuk EIS

Karakteristik  TI yang dibutuhkan oleh EIS adalah sebagai berikut :

  • Executive-friendly, sesuai dengan keahlian mengoperasikan komputer yang dimiliki oleh kalangan eksekutif. Mudah digunakan dan mudah dipelajari.
  • Memungkinkan pengguna untuk meng-undo prosedur atau kembali ke tampilan layar yang diakses sebelumnya.
  • Memiliki on-line help.
  • Sesuai dengan kebutuhan eksekutif dalam hal kecepatan.
  • Graphic-oriented dan dapat menampilkan tampilan grafis yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan.

Karakteristik Data untuk EIS:

  • Data yang telah dirangkum (highly summarized data). Pada umumnya, eksekutif lebih mencari rangkuman data, dibandingkan rincian data, untuk membuat keputusan.
  • Drill down. Menyediakan mekanisme yang memungkinkan eksekutif untuk melakukan drill down, atau melihat rincian data yang menyusun rangkuman data.
  • Integrasi data dari basis data yang berbeda – beda. Terkadang eksekutif memerlukan data dari basis data on-line, seperti jumlah current budget. Dalam periode tertentu, eksekutif akan memerlukan akses ke rangkuman data yang dikelola secara statis di basis data.
  • Eksekutif lebih tertarik untuk melihat trend jangka panjang, misalnya lima tahun ke depan.
  • Informasi menjadi lebih bermakna jika dapat dibandingkan dengan informasi lain yang sejenis. Artinya, EIS harus dapat mengakses data eksternal yang dapat dibandingkan dengan data perusahaan.
  • Informasi yang disampaikan kepada eksekutif harus dalam bentuk yang ditentukan oleh faktor penentu kesuksesan (critical success factors) yang didefinisikan oleh eksekutif.

Dari karakteristik teknologi informasi dan data yang dibutuhkan oleh EIS, serta tujuan dari EIS, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah EIS memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Disesuaikan untuk pihak eksekutif.
  • Mudah digunakan.
  • Memiliki kemampuan drill down.
  • Mendukung kebutuhan data eksternal.
  • Dapat membantu dalam situasi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi.
  • Memiliki orientasi masa depan.

Data yang dibutuhkan dalam EIS

  • Data terintegrasi dari berbagai database, student, finance, personnel, dibutuhkan untuk menganalisa dari berbagai sudut pandang
  • Kadang-kadang, executive membutuhkan data dari database on-line (ex. Kurs mata uang)
  • Data lengkap yang berisi rangkuman data secara keseluruhan
  • Data eksternal (informasi umum)
  • Record data sebelumnya


PEMBAHASAN

Penelitian Terdahulu

Adapun sebagian hasil dari kajian penelitian sebelumnya terkait metodologi alternatif Oracle Architecture Development Process (OADP) adalah sebagai berikut :

 

No

Judul penelitian

Pengarang & Tahun

Pembahasan & Hasil Penelitian

1.

 

Penerapan Oracle Enterprise Architecture Development (OADP) Dalam Perancangan Arsitektur Sistem Informasi Manajemen Aset Properti: Studi Kasus PT. Pos Properti Indonesia

Febri Dolis Herdiani (2021)

 

PT. Pos Properti Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Pos Indonesia (Perso) yang saat ini mengembangkan stategi bisnis di bidang properti dengan merevitalisasi semua aset properti yang tersebar di Indonesia. Saat ini di PT. Pos Properti Indonesia belum menggunakan sistem informasi sehingga diperlukan Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi sistem informasi PT. Pos Properti Indonesia berupa blueprint perencanaan enterprise architecture yang berupa enam komponen utama yaitu business context, architecture vision, current state, future state, road map, dan governance.

2.

Design of Enterprise Information System Architecture with Oracle Architecture Development Process (OADP) Case Study in Vocational High Schools

Muhammad Prakarsa Al Qadr Saleh, Sofia Dewi (2020)

OADP menggambarkan arsitektur data, aplikasi, dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung bisnis organisasi. SMK tidak lepas dari kebutuhan arsitektur bisnis dan informasi. Banyak sekali informasi yang dihasilkan dari semua proses yang terjadi di lingkungan SMK setiap harinya namun pengelolaan data yang ada belum efisien karena belum terkoneksi secara menyeluruh. Ini mungkin memakan waktu lama untuk memproses data masa lalu atau menghitung kebutuhan masa depan karena proses manajemen data masih berjalan secara terpisah. Oleh karena itu diperlukan pemodelan arsitektur informasi di lingkungan organisasi sebagai tahapan dalam mendukung berjalannya proses bisnis di organisasi tersebut.

3.

Perencanaan Arsitektur Enterprise Perguruan Tinggi Menggunakan Oracle Framework

Ana Hadiana (2016)

Paradigma yang digunakan dalam perencanaan arsitektur enterprise adalah Oracle Architecture Development Process (OADP) dan Oracle enterprise architecture framework (OEAF). Penelitian ini menghasilkan blueprint arsitektur enterprise yang berupa empat komponen utama arsitektur yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, dan arsitektur aplikasi yang telah disesuaikan dengan aktifitas bisnis di perguruan tinggi dengan penekanannya pada empat tahap, yaitu penetapan visi arsitektur sistem informasi, pemodelan arsitektur bisnis, pemodelan arsitektur sistem informasi, dan pemodelan arsitektur teknologi

4.

Perencanaan Arsitektur Sistem Informasi PT. Ma'soem Arias Dengan Menggunakan Oracle Enterprise Architecture Framework

 

 

 

Soni Ayi Purnama (2018)

 

PT. Ma'soem Arias merupakan salah satu distributor pelumas Pertamina di Jawa Barat. Kegiatan usaha yang dilakukan adalah penjualan pelumas Pertamina kepada pelanggan langsung dan pengadaan pelumas langsung dari produsen Pertamina. PT. Ma'soem Arias sampai saat ini dalam menjalankan proses bisnisnya belum menggunakan sistem informasi sehingga diperlukan perencanaan Enterprise Architecture untuk PT. Ma'soem Arias. Model arsitektur enterprise yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model Oracle Enterprise Architecture Framework (OEAF). Keunggulan OEAF adalah menggunakan konsep berorientasi objek, dimana konsep mendekati masalah dari sudut pandang objek dan bukan dari sudut pandang fungsional sehingga mudah dipahami. Metode yang digunakan adalah metode Oracle Architecture Development Process (OADP), dimana metode OADP memiliki beberapa tahapan yaitu mulai dari kajian arsitektur bisnis, arsitektur visi, arsitektur kondisi saat ini dan arsitektur kondisi masa depan. Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi sistem informasi dari PT. Ma'soem Arias adalah cetak biru perencanaan arsitektur perusahaan yang berhasil mendefinisikan 4 proses bisnis utama, arsitektur data menghasilkan 24 entitas, 4 aplikasi dan untuk arsitektur teknologinya menghasilkan proposal arsitektur teknologi.


PEMBAHASAN

Oracle Architecture Development Process (OADP)

Oracle Architecture Development Process atau OADP adalah metodologi pengembangan arsitektur enterprise yang relatif baru (hadiana, 2016). OADP bisa menjadi alternatif metodologi karena memiliki kesederhaan dalam metodologi maupun frameworknya.

Oracle fokus pada apa yang harus dihasilkannya yaitu berupa artefak utama terdiri dari empat komponen dasar enterprise, dan dilengkapi dengan komponen lainnya seperti tata kelola enterprise, stakeholder, proses dan alat-bantu yang dibutuhkan untuk efisiensi pengembangan.

Untuk membuat komponen Arsitektur Perusahaan, Oracle telah menciptakan proses yang disederhanakan untuk memfasilitasi pengembangannya. Proses Pengembangan Arsitektur Oracle (OADP) mendefinisikan pendekatan praktis untuk bekerja dengan pelanggan secara kolaboratif untuk menyelaraskan arsitektur perusahaan dan solusi dengan strategi dan tujuan bisnis mereka.

Seperti pada Gambar 1.2 tahapan dalam metodologi OADP terdiri dari enam tahapan yang berlangsung secara iteratif sebagai berikut:

1. Business context

Mendefinisikan keadaan proses bisnis yang dijalankan oleh enterprise dari awal sampai akhir.

2. Architecture vision

Menentukan visi tentang arah pengembangan arsitektur enterprise yang akan memanfaatkan teknologi informasi disesuaikan dengan visi enterprise.

3. Current state

Menganalisis kondisi enterprise saat ini sejauh mana telah dan sedang memanfaatkan teknologi informasi dan sistem informasi dalam mendukung proses bisnis baik kegiatan operasional dan manajerial.

4. Future state

Merencanakan kebutuhan pengembangan sistem informasi enterprise ke depan disesuaikan kondisi proses bisnis ke depan dalam aspek data, aplikasi dan infrastruktur. Termasuk pertimbangan kemajuan teknologi informasi secara tepat dalam pengembangan arsitektur enterprise.

5.   Road Map

Menyusun secara rinci perencanaan, perancangan dan implementasi sistem informasi enterprise secara menyeluruh yang akan dikembangkan.

6. Governance

Menetapkan tatakelola sistem informasi enterprise untuk memantau kondisi penggunaannya agar sistem bisa dimanfaatkan sebagai mana mestinya.


Gambar 7. OADP

Hasil pengembangan setiap tahapan dalam pengembangan sistem informasi enterprise dikelola secara terintegrasi untuk dikembangkan secara terus menerus dan iteratif.

OADP menyediakan proses dasar generik untuk mengembangkan arsitektur sebagai bagian dari Oracle Enterprise Architecture Framework. OADP berisi komponen-komponen berikut:

  • Enam Fase Tingkat Tinggi: Visi Arsitektur, Arsitektur Kondisi Saat Ini, Arsitektur Kondisi Masa Depan, Peta Jalan Strategis, Tata Kelola EA, dan Kasus Bisnis. Pendekatan Oracle memungkinkan banyak dari fase ini dijalankan secara bersamaan untuk mengurangi waktu yang terkait dengan pembuatan arsitektur dari berbagai cakupan. Selain itu, OADP dimaksudkan sebagai proses yang sangat berulang karena arsitektur dikembangkan dan disempurnakan dengan umpan balik.
  • Tugas: Dilakukan di setiap fase dan panduan preskriptif apa pun untuk melakukan tugas dengan cara yang praktis dan paling efisien yang memanfaatkan Repositori EA Oracle (artefak arsitektur yang dapat digunakan kembali).
  • Kiriman yang Dibuat di Setiap Fase: Umumnya satu dokumen PowerPoint yang dapat dikonsumsi yang merangkum hasil dari setiap tugas dan mereferensikan semua artefak yang dihasilkan di setiap fase.
  • Artefak yang Dibuat di Setiap Fase: Model dan diagram individual; pendekatan dokumentasi yang disederhanakan memberikan detail yang cukup tanpa memerlukan biaya tambahan yang berlebihan terkait dengan dokumentasi.

Dari proses OADP dasar, Oracle membuat proses OADP khusus yang menargetkan segmen, domain, dan/atau arsitektur solusi tertentu seperti Rasionalisasi Portofolio Aplikasi dan Optimasi TI. Proses OADP yang disesuaikan ini menggunakan struktur dan fase dasar dari proses OADP dasar; namun, mereka lebih disederhanakan dengan menekankan jalur kritis untuk keterlibatan arsitektur tertentu, dan dengan memberikan panduan preskriptif, studi kasus, artefak sampel, model referensi yang berlaku, dll. untuk melaksanakan tugas-tugas penting ini dan membuat artefak utama.

 

KESIMPULAN ANALISA

Pemanfaatan sistem informasi dan teknologi informasi sangat diperlukan dalam mendukung proses bisnis suatu perusahaan, karena sistem informasi merupakan salah satu hal penting dalam kunci keberhasilan suatu perusahaan. Seiring dengan berkembangnya sistem informasi memiliki model arsitektur sistem informasi, dimana arsitektur sistem informasi sangat diperlukan untuk merencanakan arsitektur sistem informasi yang akan dibangun di masa yang akan datang, dimana arsitektur sistem informasi sebagai ujung tombak untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Paradigma yang digunakan dalam perencanaan arsitektur enterprise adalah Oracle Architechture Development Process (OADP), rekomendasi sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan adalah berupa blueprint perencanaan enterprise architecture yang berupa enam komponen utama yaitu business context, architecture vision, current state, future state, road map, dan governance.

 

PENUTUP

Tatakelola teknologi informasi merupakan bagian integral dari suatu pengelolaan enterprise, yang memberi jaminan bahwa tujuan teknologi informasi selaras dengan tujuan enterprise serta mengeliminir terjadinya risiko, sehingga pertumbuhan bisnis enterprise dapat berjalan sebagai mana mestinya. Tatakelola mampu menyelaraskan antara investasi teknologi informasi dan penyampaian program, serta mengukur kinerja secara bijak.

Kesuksesan pelaksanaan tatakelola teknologi/sistem informasi sangat tergantung pada tiga pilar sebagai berikut:

1.      Kepemimpinan, organisasi dan pengambilan keputusan yang benar

2.      Proses bisnis yang terukur, dan

3.      Teknologi pendukung.

Tatakelola teknologi/sistem informasi seharusnya dijalankan secara terus-menerus dalam periode tertentu untuk menjamin bahwa investasi teknologi informasi benar-benar digunakan secara tepat, selaras dengan proses bisnis enterprise sehingga bisa memberikan dukungan secara penuh terhadap kinerja bisnis, untuk meningkatkan keuntungan bisnis yang lebih besar.

 

DAFTAR REFERENSI

Osvalds, Gundars. 2001. Definition of Enterprise Architecture-centric Models for the Systems Engineer. TASC, Inc

Parizeau, Y. 2002. Enterprise Architecture for Complex Government and the Challenge of Government On-Line in Canada. Dalhousie University

Chief Information Officer Council. 2001. A Practical Guide to Federal Enterprise Architecture version 1.0. Boston: Springfield

Esmaeil, Zadeh Mohammad, Gary Millar, and Edward Lewis. 2012. Reinterpreting the TOGAF Enterprise Architecture Principles Using a Cybernetic Lens. Journal of Enterpise Architecture, ISSN: 2166-6768. Vol 8 No 2.

Spewak Steven H., Enterprise Architecture Planning, A Wiley-QED Publication, 1992

Surendro Kridanto, Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi, Penerbit Informatika, 2009

Hadiana Ana, Sistem Informasi Enterprise, Penerbit Megatama, 2016

Covington, Robert, and Hamza Jahangir. “The Oracle Enterprise Architecture Framework.” Oracle White Paper, no. October (2009): 16. http://www.oracle.com/technology/architect/entarch/pdf/oea_framework.pdf.

Hadiana, Ana. FRAMEWORK Enterprise Resource Planning, 2018. https://www.google.co.id/books/edition/FRAMEWORK/PglPEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1.

Al Qadr Saleh, Muhammad Prakarsa, and Sofia Dewi. “Design of Enterprise Information System Architecture with Oracle Architecture Development Process (OADP) Case Study in Vocational High Schools.” International Journal of Quantitative Research and Modeling 1, no. 4 (2020): 217–228.

Ana Hadiana. “Perencanaan Arsitektur Enterprise Perguruan Tinggi Menggunakan Oracle Framework.” Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika  1, no. 1 (2016). http://journal.uniku.ac.id/index.php/jejaring.

Soni Ayi Purnama. “Perencanaan Arsitektur Sistem Informasi PT. Ma'soem Arias Dengan Menggunakan Oracle Enterprise Architecture Framework.” STKOM Al Ma'some (2018).

Febri Dolis Herdiani. “Penerapan Oracle Enterprise Architecture Development (OADP) Dalam Perancangan Arsitektur Sistem Informasi Manajemen Aset Properti: Studi Kasus PT. Pos Properti Indonesia.” Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi  5, no. 1 (2021).

Komentar